Ahwal dalam Tasawuf : Tawadhu' dan Taqwa
TAWADHU’
Secara etimologi Tawadlu’ berasal dari
kata wadh’a yang berarti merendahkan, serta juga berasal dari kata “ittadha’a”
dengan arti merendahkan diri. Tawadhu dapat juga diartikan dengan rendah
terhadap sesuatu. Sedangkan secara terminologi, tawadhu berarti rendah hati,
lawan dari sombong atau takabur. Tawadhu’ artinya rendah hati, tidak sombong,
lawan dari kata sombong atau takabur. Yaitu perilaku yang selalu menghargai
keberadaan orang lain, perilaku yang suka memuliakan orang lain, perilaku yang
selalu suka mendahulukan kepentingan orang lain, perilaku yang selalu suka
menghargai pendapat orang lain.
Dalil
QS Al-An’am: Ayat 63
قُلْ مَن يُنَجِّيكُم مِّن ظُلُمَٰتِ ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ تَدْعُونَهُۥ
تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً لَّئِنْ أَنجَىٰنَا مِنْ هَٰذِهِۦ لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلشَّٰكِرِينَ
Katakanlah: "Siapakah yang dapat
menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, yang kamu berdoa
kepada-Nya dengan rendah diri dengan suara yang lembut (dengan mengatakan:
"Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan Kami dari (bencana) ini, tentulah
Kami menjadi orangorang yang bersyukur". (QS Al-An’am: 63).
Ayat diatas menjelaskan bahwa apabila
seorang hamba mendapat suatu musibah maka hendaknya berdoa dengan merendahkan
diri dengan suara lembut, yang dimaksud merendahkan diri adalah tawadhu’
Contoh perilaku tawadhu’
Salah satu sikap tawadhu dapat ditunjukan
pada saat kita berdoa kepada Allah. Saat berdoa, seseorang dapat dikatakan
tawadhu apabila ada rasa takut (khauf) dan penuh harap (raja’) kepada Allah
Swt. Jika seseorang berdoa dengan rasa takut kepada Allah Swt, maka ia pasti
tidak akan berdoa dengan sembarang cara. Etika berdoa pasti tidak akan
dilakukan dengan benar. Demikia pula, seseorang yang berdoa dengan penuh harap
(raja’) maka ia akan selalu optimis, penuh keyakinan dan istiqamah dalam
memohon. Ia yakin bahwa tidak ada yang bisa memenuhi semua keinginannya kecuali
dengan pertolongan Allah, sehingga perasaan ini tidak akan menjadikannya sombong
dan angkuh.
TAQWA
Taqwa terambil dari akar kata yang
bermakna menghindar, menjauhi, atau menjaga diri. Secara harfiah taqwa berasal
dari kata waqaa, yaqii, wiqaayah yang berarti memelihara menjaga dan lain
sebagainya. Kalimat perintah ittaqullah secara harfiah berarti: hindarilah,
jauhilah, atau jagalah dirimu dari Allah. Makna ini tidak lurus bahkan mustahil
dilaksanakan oleh makhluk. Orang yang bertaqwa adalah orang yang merasakan
kehadiran Allah SWT setiap saat, bagaikan melihatnya atau kalau yang demikian
tidak mampu dicapainya, maka paling tidak, menyadari Allah melihatnya.
Dalil
Q.S Al-Maidah Ayat 35
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَٱبْتَغُوٓا۟ إِلَيْهِ
ٱلْوَسِيلَةَ وَجَٰهِدُوا۟ فِى سَبِيلِهِۦ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah, carilah wasilah (jalan untuk mendekatkan diri) kepada-Nya, dan
berjihadlah (berjuanglah) di jalan-Nya agar kamu beruntung (Q.S Al-Maidah ayat
35)
Ayat ini menjelaskan tentang keutaman
taqwa dan kita dianjurkan untuk mencari wasilah atau perantara untuk
mendekatkan diri kita kepada Allah, dan anjuran berjihad untuk memerangi
kebathilan agar kita termasuk orang-orang yang beruntung.
Contoh perilaku bertaqwa
- Menegakkan
shalat (QS 2 : 3, 177) Shalat adalah sarana untuk mengingat Allah secara
kontinyu dalam kehidupan kita, setidak-tidaknya lima kali dalam sehari
semalam, sehingga kita tidak akan hanyut dan terbuai oleh tipu daya
kehidupan dunia. Menegakkan shalat tidaklah semata-mata mengerjakan
shalat, akan tetapi juga menjaga bekasnya diluar shalat, yaitu tercegahnya
diri kita dari perbuatan keji dan munkar.
- Banyak
mengingat Allah dan gemar bertaubat (QS 3 : 135; 51 : 17, 18) Orang yang
bertaqwa pasti banyak mengingat Allah. Tidak hanya dalam shalat, ia juga
banyak mengingat Allah di setiap waktu yang ia lalui. Ia mengingat Allah
dengan segenap anggota badannya: dengan hatinya, lisannya, dan gerak
organ-organ tubuhnya. Jika ia melakukan suatu kesalahan, ia akan segera
teringat kepada Allah lalu ia pun segera bertaubat kepada-Nya, sehingga ia
tidak hanyut dan berlarut-larut dalam kesalahannya itu.
Komentar
Posting Komentar