Maqamat dalam Tasawuf : Tawakal dan Mahabbah

Tawakal

Tawakal secara bahasa artinya pasrah. Asal kata tawakal dari bahasa Arab “al-Tawakal” yang dibentuk dari kata wakala yaitu menyerahkan atau mewakili urusan kepada orang lain. Sedangkan menurut istilah tawakal berarti berserah diri kepada Allah.

Dalil

QS. At-Talaq 65: Ayat 3

وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُۥٓ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمْرِهِۦ ۚ قَدْ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَىْءٍ قَدْرًا

Artinya: "dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangkasangkanya. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusanNya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu." (QS. At-Talaq 65: Ayat 3)

Contoh tawakal

  1. Ketika mengalami sakit, maka langkah yang harus dilakukan adalah dengan berobat ke rumah sakit, dilanjutkan untuk berserah diri kepada Allah SWT memohon pertolongan kepada Allah agar diberikan kesembuhan.
  2. Ketika sedang di uji suatu permasalahan, maka langkah yang harus dilakukan adalah dengan berusaha menyelesaikan suatu permasalahan tersebut dengan introspeksi diri atas peristiwa yang di dapati lalu baru melakukan intervensi dengan melibatkan Allah SWT dengan cara berserah diri kepada Allah SWT dan berdoa agar segera mendapatkan solusi atas masalah yang dialami.
  3. Seorang mahasiswa belajar sebelum menghadapi penilaian ujian dengan sungguh – sungguh. Ketika proses berlangsungnya ujian, seorang mahasiswa tersebut mengerjakan dengan kejujurannya, lalu berserah diri kepada Allah SWT dan akan menerima apapun dari hasil ujian tersebut.

Keadaan tawakkal ada tiga tingkatan:

  1. Keadaan menyangkut hak Allah dan keyakinannya kepada jaminan dan perhatian-Nya adalah seperti keyakinannya kepada wakil.
  2.  Yang lebih kuat, yaitu keadaanya bersama Allah adalah seperti keadaan anak kecil bersama ibunya dalam mendapatkan hak-haknya.
  3. Keadaan tawakkal yang paling tinggi, yaitu hendaknya ia berada di hadapan Allah dalam semua gerak dan diamnya, seperti mayat yang ada di tangan orang yang memandikannya.

Mahabbah

Mahabbah menurut bahas Arab berarti: cinta, cenderungnya hati kepada yang diingini atau kepada yang disenangi. Sedangkan dalam istilah tasawuf, mahabbah berarti: cinta kepada Tuhan. Menurut Abu Ya’qub Susi, hakikat mahabbah itu bagi sufi ialah lupa terhadap dirinya sendiri karena asyik dengan cintanya kepada Allah.

Dalil

QS. Ali 'Imran : Ayat 31

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Artinya: "Katakanlah (Muhammad), "Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. Ali 'Imran : Ayat 31)

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa manusia seharusnya mengikuti syariat yang telah dibawakan oleh Nabi Muhammad Saw sebagai bentuk cinta nya kepada Allah Swt karena dalam menyembah Allah Swt tidak cukup hanya dengan ucapan dari mulut saja, namun perlu dibuktikan dengan mengikuti perilaku yang telah dicontohkan oleh Wali Nya yaitu Nabi Muhammad Saw. Imam Ibnu Katsir menyebutkan bahwa seseorang yang mencintai Allah Swt namun tidak mengikuti apa yang diajarkan Nabi Saw sama saja berbohong dan digambarkan sebagai bentuk kekufuran. Dari penjelasan diatas didapati bahwa kita harus senantiasa melaksanakan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw dan menjalankan manhajnya sepanjang kehidupan kita.

 

Contoh Mahabah :

  1. Rasa kecintaan seseorang kepada sesuatu (sifat bawaan manusia), rasa cinta kepada Allah SWT, rasa cinta kepada Rasulullah dan rasa cinta kepada makhluk hidup.
  2. Rasa kasih sayang dari orang tua kepada anaknya dan rasa iba terhadap seseorang yang sedang sakit, anak yatim dan orang – orang yang sedang terpuruk.
  3. Rasa hormat, seperti penghormatan anak kepada kedua orang tuanya, santri kepada gurunya dan anak muda kepada yang lebih tua.

Tingkatan Mahabbah

  1. Cinta biasa yaitu selalu mengingat tuhan, menyebut asma Allah dan memperoleh kesenangan berdialog dengan-Nya.
  2. Cinta orang yang shiddiq yaitu orang yang kenal kepada tuhan, dapat menghilangkan tabir pemisah antara dirinya dengan tuhan sehingga bisa melihat rahasia-rahasia-Nya dan berdialog dengan-Nya.
  3. Cinta orang ‘arif yaitu orang yang tahu betul dengan tuhan, yang dilihat dan dirasa bukan lagi cinta tetapi diri yang dicintai, sifat-sifat yang dicintai Masuk pada orang yang mencintai.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Maqamat Dalam Tasawuf: Ma'rifat dan Ridho

Maqamat dalam Tasawuf : Faqir dan Zuhud